Selasa, 31 Juli 2012
SEBAGIAN besar masyarakat selama
ini mengenal cincau hanya berwarna hijau. Namun, sejumlah warga di
Demak, Jawa Tengah, memproduksi cincau hitam yang hanya dilakukan selama
bulan Ramadan. Cincau hitam atau irengan menjadi minuman favorit
berbuka puasa karena dapat meredakan panas dalam dan berkhasiat
mematikan sel-sel kanker.
Selama Ramadan, produksi cincau hitam
di rumah Zainal Arifin, warga Kelurahan Bogorame, Kecamatan Demak. Kota
ini nyaris tak pernah sepi. Lima orang pekerja tak pernah berhenti
memproduksi cincau hitam sejak selepas Subuh hingga memasuki waktu
Maghrib.
Untuk membuat cincau hitam dibutuhkan proses yang cukup
panjang dan memakan waktu yang lama. Bahan baku utama cincau hitam
adalah tanaman yang di Jawa dikenal dengan nama janggelan atau dalam bahasa latinnya mesona palustris bl, yang telah dikeringkan.
Untuk membentuk gel, janggelan harus
ditambahkan tepung pati kemudian dipanaskan sambil diaduk dengan cepat
hingga mendidih. Adonan tersebut selanjutnya disaring baru kemudian
dituang ke dalam ember atau cetakan lain. Agar menjadi gel padat siap
jual, adonan didinginkan hingga sekira enam jam. Bila penyimpanannya
benar, cincau dapat bertahan hingga empat hari.
Setelah padat,
cincau didistribusikan tidak hanya di Demak, namun juga beberapa kota di
sekitarnya, seperti Semarang dan Kendal. Biasanya, para pedagang
mengambil langsung ke tempat produksi dengan harga Rp25 ribu per ember.
"Saya
bisa produksi cincau hitam rutin hanya dilakukan saat Ramadan. Setiap
hari, saya mampu memproduksi 200 ember cincau hitam, tapi hari-hari
biasa hanya kalau ada pesanan minimal 60 ember," tuturnya ketika di
Demak, Jawa Tengah.
Cincau hitam biasanya disajikan sebagai
minuman dingin, yang dipadukan bersama sejumlah buah dan sirup. Minuman
ini sangat digemari untuk menu berbuka puasa. Cincau hitam dipercaya
dapat meredakan panas dalam dan mematikan sel-sel kanker.
Untuk melayani permintaan konsumen, dia harus mendatangkan dua ton bahan baku janggelan dari
Wonogiri. Sementara, tepung pati yang dibutuhkan sekira empat ton.
Namun, jumlah tersebut dapat meningkat sesuai dengan tingginya
permintaan selama bulan Ramadan.