YANGON - Pemerintah Myanmar menolak segala
tuduhan yang menyebutkan adanya aksi kekerasan yang dilakukan pihak
keamanannya, terkait dengan kekhawatiran Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) atas laporan pembantaian terhadap warga Muslim Rohingya. Bantahan
ini diutarakan di depan seorang utusan khusus PBB.
Dalam
konferensi pers yang dihadiri oleh utusan khusus PBB Tomas Ojea
Quintana, Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin mengatakan
pemerintahnya sudah berupaya keras untuk menghentikan tindakan kekerasan
di wilayah Rakhine.
"Pemerintah Myanmar menolak segala tuduhan
yang dikeluarkan oleh beberapa pihak yang menyebutkan, kami menggunakan
kekerasan untuk mengatasi masalah ini (pembantaian Rohingya)," ujar
Wunna Maung Lwin, seperti dikutip AFP, Selasa (31/7/2012).
"Kami
menolak adanya upaya untuk mempolitisasi ataupun membuat masalah ini
menjadi isu internasional, yang berhubungan dengan isu agama," imbuh
Menlu Myanmar itu.
Sementara Quintana menyebutkan rencananya
untuk mengunjungi wilayah Rakhine, dimana puluhan ribu warga kehilangan
rumah akibat kerusuhan yang pecah antara warga Budha dengan Muslim
Rohinya, awal Juni lalu. Kunjungan Quintana dilakukan beberapa hari
setelah PBB memperingatkan komunitas Muslim di Rakhine -khususnya
Rohingya- menjadi target serangan pihak keamanan Myanmar.
Sebelumnya,
awal bulan ini lembaga Amnesty International memiliki laporan kredibel
mengenai berbagai aksi kekerasan -termasuk pemerkosaan dan pembantaian-
yang dilakukan oleh ekstrimis Budha dan pasukan keamanan Myanmar,
terhadap Muslim Rohingya bulan lalu. Menurut laporan, sekira 77 orang
tewas dalam kerusuhan tersebut, termasuk delapan orang pasukan keamanan.
Pemerintah
Myanmar menyatakan, dari lebih 60 ribu warga yang kehilangan rumahnya
dalam kerusuhan Juni lalu, sekira 53 ribu di antaranya adalah warga
Muslim Rohingya. Baik warga Budha maupun Muslim Myanmar, saling menuduh
serangan atas kerusuhan ini.
Mengenai pemecahan masalah ini,
Presiden Thein Sein sepertinya lebih menginginkan Muslim Rohingya keluar
dari Myanmar. Dirinya lebih menyukai Muslim Rohingya tinggal di
penampungan ataupun di deportasi, karena hal itu dianggapnya sebagai
solusi tepat mengatasi Muslim Rohingya.
Pemerintah Myanmar
melihat sekira 800 ribu Muslim Rohingya yang ada di wilayah mereka saat
ini, sebagai warga asing. Sementara warga Myanmar menilai Rohingya
sebagai warga ilegal yang datang dari Bangladesh dan selalu
memperlakukan mereka dengan kasar.
0 komentar:
Posting Komentar